RELEVANSI LEMBAGA DAN BIROKRASI DI INDONESIA
Berbicara
tentang masalah birokrasi serta kelembagaan pemerintah yang ada di indonesia
pikiran kita terlintas dengan sesuatu yang panjang dan berbelit-belit dalam
mengurus yang berkenaan dengan urusan pemerintah. Hal ini terlihat dengan
adanya struktur yang panjang dan serta mekanisme yang sulit ditembus. Birokrasi
kini telah menjelma menjadi new ruling class yang sangat menentukan kekuatan
suatu negara. Menurut Bruno Rizzi, birokrasi sangat potensial mengekploitasi
masyarakat sebagaimana kaum kapitalis terhadap kaum proletar dimasa lampau,
kalau tidak diawasi secara efektif. Sebagai kelompok yang memerintah, birokrasi
menurut pandangan Mark, selalu cenderung mengutamakan kepentinganya, dan
memiliki kebiasaan yang disebut dengan birokratisme. Para birokrat yang ada di
dalam organisasi lebih cenderung berperilaku sebagai “tuan” dari pada sebagai
“pelayan”. Mereka lebih cenderung memperbanyak kegiatan dari pada memikirkan
resiko, dan mereka memiliki tradisi membuat organisasi berskala besar tanpa
alasan yang masuk akal. Mereka bahkan memiliki komitmen untuk menegakkan human dignity karena mereka tidak meyakininya. Menurut saya
struktur kelembagaan pemerintah pada saat ini masih cenderung bersifat feodal, hal ini yang membuat lembaga
lembaga pemeritah sudah tidak relevan lagi untuk terus dilakukan. Reformasi
telah terjadi di indonesia tetapi hal ini masih belum diikuti oleh reformasi
secara menyeluruh terhadap lembaga pemerintah maupun birokrasi.
Mekanisme
struktur seperti ini tentu akan menghambat proses pembangunan, hal ini
diperlihatkan didalam masalah perijinan disana kan dijumpai mekanisme yang
panjang dan lama, dan hal ini akan mengakibatkan para investor dan masyarakat
untuk menanamkan modalnya atau berurusan dengan pemerintah. Karena pada saat
ini orang lebih cenderung suka terhadap hal
praktis dan cepat. Untuk mengurus sesuatu. Saya berpendapat sebaiknya
para pelayan publik bisa seperti pegawai bank yang selalu ramah terhadap
masyarakat dan bersifat “mentuankan” bukan bersifat seperti raja.
Kemudian di
dalam negara yang mengikuti sistem demokrasi kehadiran partai politik dalam
lembaga pemerintah tidak bisa dihindari. Menurut teori liberal birokrasi
pemerintah itu menjalankan kebijakan-kebijakan pemerintah yang mempunyai akses
langsung dengan rakyat melalui mandat yang diperoleh dalam pemilihan. Dengan
demikian birokrasi pemerintah tidak hanya didominasi oleh pejabat birokrasi
saja yang meniti karier di dalamnya, melainkan ada pula bagian-bagian yang lain
yang ditempati oleh pejabat-pejabat politik.
Birokrasi di Indonesia selama ini merupakan organisasi
publik yang melayani masyarakat, tetapi dalam kenyataanya pelayanan yang
dilakukan oleh para birokrat selama ini masih belum memuaskan. Hal ini dipicu
dengan tidak netralnya para birokrat terhadap partai politik, ketidaknetralan
ini yang mengakibatkan birokrasi di dalam pemerintah menjadi tidak stabil.
Sebagai contoh, banyak terjadi sekarang pemilihan kepala daerah, dan kepala
dearah sudah tentu memiliki tim sukses, dan apabila kepala daerah tersebut
terpilih maka para tim sukses akan menduduki jabatan birokrasi maupun jabatan
karier yang telah ditentukan. Hal ini yang akan mengakibatkan ketidakstabilan
dalam birokrasi pemerintah, oleh karana itu perlu di buat model birokrasi yang
jelas, karena selama ini model birokrasi di Indonesia masih belum jelas. Oleh
karena itu karier di birokrat harus jelas sehingga hal ini akan mempengaruhi
kinerja para birokrat itu sendiri, berikut ini adalah gambar strukur yang
relevan untuk birokrasi di Indonesia
menurut Prof Dr Miftah Toha:
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Biota/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif)
Di dalam
gambar struktur diatas jelas diperlihatkan bagaiman kejelasan karier, dimana
jabatan yang diisi oleh pejabat politik maupun pejabat maupun para birokrasi
murni. Sehingga kenetralan birokrat akan selalu terjaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar