A.
Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama dakwah yang mengajarkan kepada umatnya untuk
selalu menyampaikan kepada masyarakat luas. Secara kualitatif dakwah Islam bertujuan untuk mempengaruhi dan
mentranformasikan sikap batin dan perilaku masyarakat menuju sebuah tatanan
kesalehan individu atau kesalehan sosial. Dakwah dengan pesan-pesan keagamaan
juga merupakan ajakan kepada kesadaran untuk senantiasa memiliki komitmen
kepada jalan yang lurus. Dakwah adalah ajakan yang dilakukan untuk membebaskan
setiap individu dan masyarakat dari pengaruh nilai-nilai kesyaitanan maupun
nilai-nilai jahiliyah menuju internalisasi ketuhanan, di lain pihak dakwah juga
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman keagamaan dalam berbagai aspek ajarannya
agar diaktualisasikan dalam bersikap maupun bertindak. (Pulungan, 2002: 66). Seperti
dalam firman Allah SWT yang artinya:
![](file:///C:\Users\WINDOW~1\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif)
Seiring dengan perkembangan dan tuntutan zaman, dakwah bukan hanya dilakukan melalui penyampain verbal dan
komunikasi kata kata saja, akan tetapi dakwah juga harus mampu memberikan
solusi kepada masyarakat tentang problematika
kehidupan seperti ekonomi, pendidikan, dan masalah-masalah
kontemporer. Selama ini dakwah yang dilakukan oleh para dai masih dilakukan
secara konvensional, dalam artian masih menggunakan metode yang lama seperti
ceramah dari masjid ke masjid, majlis ke majlis, sehingga akan menimbulkan
“kebosanan” di tengah masyarakat.
Kata-kata hikmah dan
pelajaran yang baik pada ayat di atas menggambarkan bagaimana para dai
memberikan kontribusi yang nyata bagi kehidupan mad’u/masyarakat/umat secara
langsung, yang susuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Oleh karena itu memerlukan manajemen organisasi
dakwah/Islam yang lebih baik dan
modern. Di harapkan dengan hal ini masyarakat tertarik
dan terpengaruhi oleh nilai dan ajaran yang terkandung di dalam dakwah Islam.Untuk itu para dai/organisator dakwah dituntut untuk
lebih kreatif dalam menjalankan setiap misi dakwahnya.
Dakwah bisa dilakukan secara individu, kelompok, atau bisa dilakukan
dengan lembaga, organisasi, atau yayasan yang berorientasi dengan dakwah. Dakwah
Islam akan lebih efektif apabila dilakukan secara kolektif/kelompok. Untuk
mencapai kefektifan dalam berdakwah memerlukan proses yang terencana dengan
baik. Oleh karena itu dalam menjalankan dakwah perlu dengan adanya pelembagaan
dakwah islam . Pelembagaan dakwah Islam diartikan bagaimana mengelola
organisasi islam secara professional dengan hasil yang terbaik bagi dakwah
Islam.
Dalam proses pencapaianya organisasi Islam memerlukan
pengelolaan manajemen yang baik, agar bisa menjadi dinamisator dari keseluruhan kegiatan yang
dinamis dan terarah. Karena hampir dalam
setiap sendi kehidupan peranan manajemen merupakan peranan yang sangat vital dan
penting. Demikian halnya dengan sebuah lembaga maupun yayasan
Islam, perlu dibuat lembaga atau yayasan dakwah yang
terencana terorganisir, terarah, dan terevaluasi secara professional. Agar
menghasilkan hal seperti diatas, diperlukan proses manajemen yang
baik dengan mengimplementasikan fungsi-fungsi
manajemen, yaitu planning, organizing,
actuating, dan controling. yang baik,. Dakwah secara terorganisir merupakan langkah yang
tepat untuk dilakukan, apalagi obyek dakwah yang semakin beragam dan berbeda
saat ini, dengan obyek dakwah yang semakin beragam, dengan permasalahan yang
semakin beragam pula. Penyelenggaraan dakwah akan berjalan secara efektif
apabila terlebih dulu dilakukan identifikasi dan antisipasi masalah-masalah
yang akan dihadapi.
Pengelolaan yang baik dan terarah akan sangat mendukung terhadap
aktifitas tujuan organisasi, yaitu membentuk manusia yang berakhlak baik
dan berkualitas. Untuk membentuk
pengelolaan yang baik dan terarah maka diperlukan sebuah adanya proses manajemen
organisasi Islam yang dimanifestasikan dengan Visi,Misi, tujuan, SDM,
manajemen operasional, manajamenen
pemasaran, Kepimimpinan, komunikasi, budaya organisasi dan etika organisasi
yang baik. Penerapan manajemen organisasi merupakan hal sangat mendasar dalam
pembentukan dan perjalanan suatu organisasi yang bertujuan untuk melaksanakan
dan mengatur semua sumber-sumber yang dibutuhkan oleh manusia. Tujuan dari
manajemen organisasi adalah membimbing manusia untuk bekerja sama secara
efektif (Munir & Ilahi, 2006; 139).
Melihat beberapa penjelasan
di atas jelaslah keberadaan dakwah Islamiyah sangat diperlukan di dalam Islam,
dakwah merupakan ujung tombak bagi pengembangan agama Islam, Islam tidak akan
berkembang apabila pengelolaan dakwah tidak berjalan efektif dan terhenti. Pada
saat ini umat islam di Indonesia berlomba-lomba untuk mengembangkan dakwah
dengan efektif dan terencana dengan melakukan manajemen organisasi Islam dengan memadukan ilmu manajemen organisasi
modern.
Manajemen
Manajemen berasal dari kata "to manage"
yang berarti mengatur, mengurus atau mengelola. Banyak definisi yang telah
diberikan oleh para ahli terhadap istilah manajemen ini, namun dari sekian
banyak definisi tersebut ada satu yang kiranya dapat dijadikan pegangan dalam
memahami manajemen tersebut, yaitu: Manajemen adalah suatu proses yang terdiri
dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengendalian/pengawasan, yang dilakukan untuk menetukan dan mencapai tujuan
yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya
lainnya. Terry mengemukakan pendapatnya tentang
manajemen adalah: Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri
dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah
ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya (Siswanto:2006). Sedangkan Stoner dalam
manulang 1983 mengemukakan manajemen adalah: Manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian dan penggunakan sumberdaya organisasi lainnya
agar mencapai tujuan organisasi tang telah ditetapkan. (Manulang 1983: 15). Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur
manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga
pengertian yaitu
1.
Manajemen
sebagai suatu proses,
2.
Manajemen
sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen,
3. Manajemen sebagai suatu seni
(Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science) (Manulang 1983: 15)
Menurut
pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses, berbeda-beda
definisi yang diberikan oleh para ahli. Untuk memperlihatkan tata warna
definisi manajemen menurut pengertian yang pertama itu, dikemukakan tiga buah
definisi. Dalam Encylopedia of the Social
Sience dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana
pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi. Menurut
pengertian yang kedua, manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan
aktivitas manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang yang melakukan
aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen. Menurut
pengertian yang ketiga, manajemen adalah seni (Art) atau suatu ilmu
pengetahuan. Mengenai ini pun sesungguhnya belum ada keseragaman pendapat,
segolongan mengatakan bahwa manajemen adalah seni dan segolongan yang lain
mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu, sesungguhnya kedua pendapat itu sama
mengandung kebenarannya. Manajemen dibutuhkan oleh
semua organisasi, karena tanpa manajemen, semua usaha akan sia-sia dan
pencapain tujuan akan lebih sulit. Ada tiga alasan mengapa manajemen selalu
dibutuhkan dalam setiap organisasi. Untuk mencapai tujuan, manajemen dibutuhkan
untuk mencapai tujuan oganisasi dan pribadi. Untuk menjaga keseimbangan di
antara tujuan-tujuam yang saling bertentangan. Manajemen dibutuhkan untuk
menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling bertentangan. Manajemen
dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran,
dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang
berkepentingan dalam organisasi. Untuk mencapai efesiensi dan efektifitas,
suatu kerja organisasi dapat diukur dengan banyak cara yang berbeda. Salah satu
cara adalah dengan cara efektifitas dan efisiensi (Suhendra 2008: 30)
Sudah pasti, manajemen dapat didefinisikan sebagai suatu suau
proses, yakni sebagai suatu rangkaian tindakan, kegiatan, atau pekerjaan yang
mengarah kepada beberapa sasaran tertent. Definisi manajemen harus mengakui
juga bahwa proses itu dilaksanakan oleh lebih dari satu orang dalam kebanyakan
organisasi.
B. Organisasi
Selanjutnya organisasi berasal
dari bahasa latin ‘organum’ yang
dapat berarti alat, bagian, anggota, badan. Dengan demikian organisasi adalah
suatu sistem kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama.(Sutarto, 1989; 313). Organisasi juga
dapat diartikan sebagai sistem sosial dan dibentuk atas dasar kepentingan bersama (Mintzberg 2002; 11). Karena organisasi
merupakan sistem sosial konsekuensinya, aktivitas organisasi diatur oleh hukum sosial dan hukum psikologi. Sama halnya dengan manusia yang
memiliki kebutuhan psikologis, organisasi juga memiliki peran dan status
sosial.Perilaku organisasi dipengaruhi oleh dorongan kelompok dan individu di
dalam organisasi.Terdapat dua jenis sistem sosial yang tegak berdampingan dalam
organisasi. Satu diantaranya adalah sistem sosial formal (resmi) dan yang lain
adalah sistem sosial informal. Eksistensi sistem sosial menyiratkan bahwa
lingkungan organisasi merupakan sesuatu yang bergerak secara bersama, Adapun
kepentingan bersama diungkapkan dengan organisasi memerlukan orang-orang, dan
orang-orang membutuhkan organisasi. Organisasi memiliki tujuan manusiawi,
organisasi dibentuk dan dipertahankan atas dasar kepentingan bersama di
kalangan anggotanya. Orang-orang memandang organisasi sebagai sarana untuk
membantu mencapai tujuan mereka,
Organisasi mempunyai identitas yang dapat
digambarkan, dianalisis, diawasi, dan diarahkan, kepada suatu bentuk yang tepat
untuk tujuan tertentu. Administrator melihat organisasi sebagai sesuatu yang
belum selesai dan belum lengkap, yaitu sebagai alat kerja yang selalu dapat
diubah. Bila organisasi dipandang sebagai instrument yang harus digunakan
secara efektif, maka keterbatasan dan kelebihanya harus bisa dipahami.
Teori-teori organisasi merupakan kerangka acuan yang dapat dikomunikasikan
sebagai dasar untuk menganalis dan memahami suatu organisasi. Organisasi
merupakan sebuah wadah dimana ada sejumlah manusia saling, berintraksi satu
dengan yang lainya, karena adanya satu tujuan dan keinginanyang relatif sama.
Kemudian organisasi adalah suatu kesatuan sosial dari kelompok manusia yang
saling berinteraksi menurut pola tertentu, sehingga setiap anggotanya memiliki
tugas dam fungsi masing-masing. Sebagai satu kesatuan mempunyai tujuan tertentu
dan batas-batas yang jelas, sehingga dapat dipisahkan secara tegas dari
lingkunganya (Nawawi 2003: 14). Organisasi adalah
bentuk formal dari sekelompok manusia dengan tujuan individualnya masing-masing
(gaji, kepuasan kerja, dll) yang bekerjasama dalam suatu proses tertentu untuk
mencapai tujuan bersama (tujuan organisasi). Agar tujuan organisasi dan tujuan
individu dapat tercapai secara selaras dan harmonis maka diperlukan kerjasama
dan usaha yang sungguh-sungguh dari kedua belah pihak (pengurus organisasi dan
anggota organisasi) untuk bersama-sama berusaha saling memenuhi kewajiban
masing-masing secara bertanggung jawab, sehingga pada saat masing-masing
mendapatkan haknya dapat memenuhi rasa keadilan baik bagi anggota
organisasi/pegawai maupun bagi pengurus organisasi/pejabat yang berwenang.
Organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk
mencapai tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi lewat hirarki
otoritas dan tanggungjawab. Karakterisitik organisasi menurut Schein meliputi,
memiliki struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian yang
lain untuk mengkoordinasikan aktivitas di dalamnya (Karimi 2008: 1)
Setelah memahami beberapa pengertian diatas maka
tiga unsur yang tidak bisa dilepaskan dan saling menunjang yaitu:
1.
Adanya
manusia lebih dari satu
2.
Adanya
kerjasama
3.
Adanya
tujuan yang sama
Dan suatu perkumpulan juga disebut organisasi bila memenuhi unsur-unsur sebagai berikut
1.
Pimpinan
2.
Anggota
3.
Peraturan
yang mengikat, atau AD & ART
C. Manajemen Organisasi
Manajemen organisasi adalah pembagian kerja yang
direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kesatuan pekerjaan, penetapan
hubungan antar pekerjaan, yang efektif diantara mereka, dan pemberian
lingkungan dan fasilitas pekerjaan yang wajar sehingga mereka bisa bekerja
secara efisisen.Memanajemen organisasi juga bisa didefinisikan sebagai tugas, pendelegasian
otoritas, dan menetapkan aktifitas yang hendak dilakukan oleh manajer pada
seluruh hierarki. Manajemen organisasi dapat diartikan seluruh proses
pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewenang
sedemikian rupa. Sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan
sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. (M Munir, wahyu. 138; 2006)
Manajemen organisasi menyatukan berbagai macam sumber daya dan
mengatur orang-orang dengan teratur, selain mempersatukan oran-orang pada tugas
yang saling berkaitan. Manajemen
organisasi dibuat tentu memiliki tujuan yang baik, karena dengan manajemen
organisasi, rencana pelayanan publik akan mudah mengaplikasikanya. Oleh karena
itu tujuan dari manajemen organisasi adalah
1.
Membagi-bagi
kegiatan menjadi departemen-departemen atau devisi-devisi dan tugas-tugas
secara spesifik dan terperinci.
2.
Membagi
kegiatan serta tanggung jawab yang berkaitan dengan masing-masing jabatan
atautugas pelayanan terhadap masyarakat
3.
Mengkoordinasikan
berbagai tugas organisasi
4.
Mengelompokan
pekerjaan-pekerjaan organisasi kedalam unit-unit.
5.
Membangun
hubungan dikalangan pegawai maupun karyawan baik secara individual, kelompok
dan departemen.
6.
Menetapkan
garis wewenang
7.
Menalokasikan
dan memberikan sumber daya organisasi
8.
Dapat
menyalurkan kegiatan-kegiatan organisasi secara logis dan sistematis. (M Munir 138; 2006)
D. Manajemen Organisasi
Islam
Organisasi islam di definisikan merupakan suatu rangkaian aktivitas yang
dilandasi oleh Asas pengelolaan guna mencapai Tujuan yang telah ditetapkan dan
diarahkan untuk mewujudkan Visi dengan menyelenggarakan berbagai Misi dan
mengimplementasikan Nilai-nilai yang dikembangkan yang berdasarkan asas,
nilai, dan prinsip-prinsip Islam. Asas atau
dasar suatu organisasi Islam adalah Islam, yang bersumber dari Al Quraan dan
Sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan ijtihad dari mayoritas
ulama Islam Setiap gerak langkah organisasi tidak boleh bertentangan dengan
nilai-nilai Islam. Tujuan dan visi organisasi yang baik adalah yang
memiliki dimensi duniawi maupun ukhrawi. Yaitu Iman , Ilmu ,Amal Dan Harus
selaras dengan prinsip-prinsip islam. Nilai nilai islam harus bisa dikembangkan
menjadi budaya organisas nilai, nilai tersebut adalah: Ibadah, Profesional , Kualitas
, Prestasi , perbaikan (Mukhtarom 45;
1996)
Ketika kita membuka kembali ayat-ayat yang terukir
indah dalam surat Ash Shaff ini, akan banyak sekali kandungan tentang manfaat
serta konsep-konsep dalam berorganisasi, bekerja dalam sebuah barisan yang
teratur dan kokoh. Salah satu surat Madaniyah ini mengupas secara rinci tentang
konsep berjamaah di dalam Islam. Hal ini memang sangat ditekankan oleh
Rasulullah SAW pada masa berdakwah di Madinah, saat surat ini diturunkan.
Dimana, pengokohan organisasi dan kejamaahan adalah fokus utama dakwah Rasulullah SAW di Madinah, berbeda dengan
fokus dakwah Rasulullah SAW ketika di Mekkah yang fokus pada pengokohan aqidah
dan ruhiyah ummat Islam masa itu. Dalam
surat ini, terdapat lima konsep besar yang harus ada untuk mewujudkan
organisasi yang kokoh.Yaitu, kesesuaian konsep dan pelaksanaan dalam
organisasi, soliditas tim, ketepatan mengukur dan mengetahui kekuatan dan
tantangan, konsep kesungguhan dalam bekerja dan berjuang, serta memiliki kader
yang militan (kader yang solid). Seperti di dalam penjelasan surat As Shaaft di
bawah ini
(1)Bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan
apa saja yang ada di bumi; dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana)(2)
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu
perbuat?.(3) Amat besar kebencian di
sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.
Pertama, untuk mewujudkan organisasi yang
kokoh diperlukan adanya kesesuaian konsep (perkataan) dan pelaksanaan (at
tawafuq bainal qouli wal amal). Hal ini tercantum dalam ayat 1 – 3. Dijelaskan
dalam ayat ini, bahwa seruan-seruan ini hanya ditujukan untuk orang-orang
beriman dan tidak untuk semua orang. Artinya bahwa, sebagai orang beriman harus
memahami dan melaksanakan hal tersebut. Selain itu, yang diseru di sini adalah
orang-orang beriman bukan hanya satu orang beriman.dan di sinilah pesan konsep
kejamaahannya (keorganisasiannya). Kesesuaian antara konsep (perkataan) dan
pelaksanaan artinya tidak hanya lihai merumuskan ide yang tidak diiringi dengan
amal nyata. Justru keduanya harus berjalan dengan sinergi antara konsep dan
pelaksanaan. Organisasi itu harus mempunyai konsep cara bekerja. Bukan hanya
sekedar mempunyai kemampuan bekerja tetapi juga menguasai cara bekerja.
Penguasaan cara bekerja akan memudahkan bagaimana mencapai tujuan berkerja.
4.Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur
seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh
Kedua, dalam ayat keempat surat ini
disebutkan bahwa Allah SWT menyukai mukmin yang berjuang dalam sebuah bangunan
yang kokoh. Ciri dari bangunan yang kokoh adalah seluruh komponen di dalamnya
saling menguatkan satu dengan yang lain. Dapat dirinci, bahwa soliditas
organisasi memiliki tiga ciri, yaitu: masing-masing komponen didalamnya bisa
menguatkan satu dengan yang lain, bersinergi dalam bekerja serta memiliki
program yang jelas, termasuk pembagian pelaksanaan program (pembagian potensi
dan pemanfaatan kemampuan). Dalam hal ini, diperlukan adanya ketepatan di dalam
penempatan orang. Siapa yang harus jadi tiang, jendela, atap, dsb.
(5). Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada
kaumnya: “Hai kaumku, mengapa kamu menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui bahwa
sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu?” Maka tatkala mereka berpaling
(dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka dan Allah tiada memberi
petunjuk kepada kaum yang fasik. (6).
Dan (ingatlah) ketika ’Isa Putera Maryam berkata: “Hai Bani Israil,
sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun)
sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang
Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)” Maka tatkala
rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka
berkata: “Ini adalah sihir yang nyata”.( 7). Dan siapakah yang lebih zalim
daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak
kepada agama Islam? Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang
zalim.(8) Mereka ingin hendak
memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah
tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci (9) Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan
membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala
agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci.
Ketiga, dalam ayat 5 – 9 dijelaskan tentang
tantangan yang dihadapi oleh para nabi dan rasul. Dari ayat ini kita dapat
mengambil pelajaran bahwa perlunya untuk mengukur tantangan-tantangan yang akan
dihadapi dalam kerja-kerja organisasi. Jika kita mengetahui ukuran tantangan
itu, maka kita bisa membuat program yang bisa mengatasi tantangan tersebut.
Kegagalan dalam mengukur tantangan yang akan dihadapi, akan mengakibatkan ketidakjelasan
merumuskan tahap-tahap pelaksanaan amal sehingga bisa terjebak dalam suatu amal
yang bersifat asal-asalan. Tantangan yang perlu diukur adalah semua tantangan
baik dari dalam maupun luar organisasi. Pada ayat 9, dijelaskan bahwa visi
kerosulan-lah yang bisa digunakan untuk mengeliminir tantangan-tantangan
tersebut.
(10). Hai
orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang
dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?(11) (yaitu) kamu beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah
yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya,(12) niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam
surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat
tinggal yang baik di dalam surga ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar.(13) Dan
(ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan
kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang beriman.
Keempat, dijelaskan bahwa untuk membangun
sebuah organisasi yang kokoh diperlukan adanya sebuah konsep perjuangan
organisasi. Dan sebuah konsep perjuangan itu hendaknya sebuah konsep yang
mengandung motivasi serta makna optimisme yang jauh dari konsep perjuangan yang
‘menakutkan’ (tidak realistis dan membuat komponen di dalamnya ragu dapat
melaksanakannya atau tidak). Hal ini dapat dilihat pada ayat 10 -13 surat ini,
yang menjelaskan indahnya sebuah konsep berjuang besungguh-sungguh di jalan-Nya.
14.
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah
sebagaimana ’Isa putera Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang
setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama)
Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong
agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang
lain) kafir; maka kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman
terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.
Kelima, dalam ayat 14 surat ini, dijelaskan
bahwa keberhasilan suatu perjuangan dalam organisasi juga ditentukan dengan ada
tidaknya kader-kader militan di dalamnya. Militan ini terkait dengan makna
komitmen, konsistensi, keseimbangan (tawazunitas), ketaatan serta kecintaan.
Karena memang amal yang baik dari seorang kader organisasi tidak akan bisa
terwujud tanpa lima hal di atas. Dan dengan memiliki kader yang militan,
amal-amal terbaik akan dihasilkan dalam organisasi. (Yulianto 9; 2011)
Di dalam organisasi juga diperlukan adanya
ruuh (semangat) organisasi. Dan ruuh organisasi ditentukan oleh sistem yang ada
dalam organisasi, kualitas sang pemimpin, sejauh mana organisasa mempunyai
semangat kompetisi dengan yang lain serta sejauh mana memadukan semangat dan
ilmu yang dimiliki. Di dalam
organisasi islam terdapat banyak sekali lembaga ataupun organisasi yang
bertujuan untuk mengelola dan mengatur dakwah dengan baik. Baik itu lembaga
ekonomi, lembaga politik, lembaga pendidikan, maupun organisasi masyrakat dan
lembaga sosila. Misalnya OKI (Organisasi konferensi islam), IDB (Islamic
Development Bank) World Muslim league (Rabithah. Al alam al Islami), Ikhwanul
Muslimin, Hizbut Tahrir, Jamaah Tablig , Dll
BAB III
KESIMPULAN
Dalam proses pencapaianya organisasi Islam memerlukan
pengelolaan manajemen yang baik, agar bisa menjadi dinamisator dari keseluruhan kegiatan yang
dinamis dan terarah. Karena hampir dalam
setiap sendi kehidupan peranan manajemen merupakan peranan yang sangat vital dan
penting. Demikian halnya dengan sebuah lembaga maupun yayasan
Islam, perlu dibuat lembaga atau yayasan dakwah yang
terencana terorganisir, terarah, dan terevaluasi secara professional. Agar
menghasilkan hal seperti diatas, diperlukan proses manajemen yang
baik dengan mengimplementasikan fungsi-fungsi
manajemen, yaitu planning, organizing,
actuating, dan controling. yang baik,. Dakwah secara terorganisir merupakan langkah yang
tepat untuk dilakukan, apalagi obyek dakwah yang semakin beragam dan berbeda
saat ini, dengan obyek dakwah yang semakin beragam, dengan permasalahan yang
semakin beragam pula. Penyelenggaraan dakwah akan berjalan secara efektif
apabila terlebih dulu dilakukan identifikasi dan antisipasi masalah-masalah
yang akan dihadapi.
Manajemen: Sebagai
kemampuan bekerja dengan orang lain dalam suatu kelompok yang terorganisir guna
mencapai sasaran yang yang ditentukan dalam organisasi atau lembaga. Organisasi: Organisasi adalah suatu sistem saling berpengaruh
antar orang dalam kelompok yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu
Manajemen Organisasi Islam adalah merupakan suatu rangkaian aktivitas
yang dilandasi oleh Asas pengelolaan guna mencapai Tujuan yang telah ditetapkan
dan diarahkan untuk mewujudkan Visi dengan menyelenggarakan berbagai Misi dan
mengimplementasikan Nilai-nilai yang dikembangkan yang berdasarkan asas,
nilai, dan prinsip-prinsip Islam. Asas atau
dasar suatu organisasi Islam adalah Islam, yang bersumber dari Al Quraan dan
Sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan ijtihad dari mayoritas ulama Islam
Setiap gerak langkah organisasi tidak boleh bertentangan dengan
nilai-nilai Islam. Nilai nilai islam harus bisa dikembangkan menjadi budaya
organisas nilai, nilai tersebut adalah: Ibadah, Profesional , Kualitas ,
Prestasi , perbaikan serta memiliki
lima konsep besar yang harus ada untuk mewujudkan organisasi yang kokoh. Yaitu,
kesesuaian konsep dan pelaksanaan dalam organisasi, soliditas tim, ketepatan
mengukur dan mengetahui kekuatan dan tantangan, konsep kesungguhan dalam
bekerja dan berjuang, serta memiliki kader yang militan (kader yang solid).
DAFTAR PUSTAKA
Luzman, Rifki Karimi, pengertian Organisasi, Kumanhajeun,
Bandung, 2008
M. Munir & Ilahi, Wahyu, Manajemen Dakwah, Jakarta
kencana 2006
Manulang,
Dasar-Dasar Manajemen Organisasi,
Ghalia Indonesia, 1983
Mintzberg,
Henry, The Manager's Job, Folkdore and Fa Harvard: business Review 2002
Mukhtarom,
Zaeni, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah,
Yogyakarta: Al-amien Press, 1996
Nawawi Hadari, Manajemen strategic non profit dalam bidang
pemerintahan, gadjah mada university press, Yogyakarta, 2003
Pulungan, Suyuti, Universitas
Islam, Jakarta: UI Press, 2002
Siswanto, H.B, Pengantar Manajemen,
Jakarta, Bumi Aksara, 2006
Suhendra, Manajemen Dan Organisasi Dalam Realita Kehidupan, Mandar Maju,
Bandung, 2008
Sutarto,
, Ensiklopedi Administrasi, Cv. Haji
Mas Agung, Jakarta, 1989A
Sutarto, Dasar Dasar
Organisasi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1989
Umam Khairul, Manajemen
organisasi, Pustaka Setia, Bandung, 2012
Yulianto, Makalah manajemen organisasi Islam, Yogyakarta, 2011